UcHin_Us One_View Future
Minggu, 14 januari 2012
TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN
A. PendahuluanMutu
pendidikan selalu menjadi sorotan dari berbagai pihak. Mutu pendidikan
sangat dipengaruhi oleh mutu pembelajaran. Sebenarnya banyak teori yang
telah terbukti secara empiris dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Salah satu di antaranya adalah teori behavioristik. Teori ini masih
relevan dengan pembelajaran berbasis kompetensi. Pemahaman guru terhadap
teori pembelajaran masih beragam sebahagian besar guru mengajar tidak
berlandaskan teori belajar tertentu. Mereka mengajar yang penting tujuan
tercapai dan pembelajaran dapat dinyatakan tuntas.Berdasarkan hal
tersebut, maka sangat tepat jika teori behavioristik dikenalkan kembali
sehingga guru dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran.
Permasalahannya adalah bagaimana konsep teori behavioristik dan
aplikasinya dalam pembelajaran? Kata kunci: behavioristik dan
aplikasinya.B. Teori BehavisistikMenurut teori
behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.Menurut teori ini
yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di
antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah
apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun
akan tetap dikuatkan. Teori behavioristik didukung oleh Thorndike, Watson, Edwin Guthrie, Clark Hull dan Skinner. Menurut
Thorndike menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain
yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu
ineraksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka
menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar
itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak
kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.Menurut Watson, belajar
adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan
respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
(observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui
adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun ia hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu
diperhitungkan. Teori Conditioning Edwin Guthrie dijelaskan bahwa
hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara,
oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering
mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya
lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus
yang berhubungan dengan respon tersebut.Menurut Skinner, hubungan
antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam
lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku.
Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan
teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti
Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon
serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan oleh Skinner. Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan
biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati
posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam
belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun
respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.Teori
behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan
alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini
dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya. Namun
kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori
ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu
membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.C. Aplikasi dalam PembelajaranAplikasi
teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti
urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban
yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas
belajarnya.Teori belajar behavioristik dengan pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan
pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini
adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang
diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau penilaian didasari atas
perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak
memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.Beberapa prinsip penerapan
teori belajar ini adalah: (1) belajar itu berdasarkan keseluruhan; (2)
anak yang belajar merupakan keseluruhan; (3) belajar berkat insight (4)
belajar berkat insight; dan(5) belajar berdasarkan pengalaman.Teori
Gestalt menganggap bahwa keseluruhan itu lebih memiliki makna dari
bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam
keseluruhan. Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu
bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari
suatu masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.Prinsip
anak yang belajar merupakan keseluruhan mengandung pengertian bahwa
membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja,
akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Oleh karenanya
mengajar itu bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang
lepas-lepas, tetapi mengembangkan keseluruhan potensi yang ada dalam
diri anak.Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman
terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Dengan demikian, belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada
suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta.
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna
kehidupan setiap perilaku individu. C. KesimpulanBelajar
menurut teori behavioristik merupakan perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan apa
yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap
penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Prinsip penerapan teori belajar ini adalah: (1)
belajar itu berdasarkan keseluruhan; (2) Anak yang belajar merupakan
keseluruhan; (3) Belajar berkat insight (4) Belajar berkat insight; dan
(5) Belajar berdasarkan pengalaman.Daftar PustakaAsrori, Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.Budiningshi, Asri.2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.